Suswanto |
Tulisan ini merupakan hasil diskusi kecil dan mengapresiasi gaya kepemimpinan Suswanto SPd MPd selaku Kepala SMPN 4 Purworejo. Sebelum bincang-bincang lebih jauh, bahwa seorang pemimpin harus menjauhkan diri atau pantangan dari sifat-sifat sebagai berikut :
1. Longo, artinya seorang pemimpin tidak punya pendirian tetap (ngalor melu ngalor, ngidul melu ngidul)
2. Lemer, artinya seorang pemimpin mudah terpengaruh oleh hawa nafsu atau emosional (nafsu yang negatif)
3. Genjah, artinya seorang pemimpin mempunyai sifat licik (oportunis), mau menang sendiri dengan mengorbankan pihak lain
4. Ambuntut Aret, artinya sifat seorang pemimpin yang baik di muka orang, akan tetapi suka membuat fitnah di belakangnya
5. Adigang, Adigung dan Adiguno, artinya “Adigang” menyombongkan keberanian dan kemampuannya untuk mendapatkan pujian dari pihak lain, ”Adigung” menyombongkan kekuatannya dan kedudukannya, “Adiguno” menyombongkan kepandaiannya, yang hakekatnya belum tentu pandai
Menurut Suswanto, dari anasir-anasir tersebut di atas yang perlu dijauhkan dari sifat-sifat seorang pemimpin sebelum menjalankan tugas-tugas dari kepemimpinannya. Di dalam menjalankan kepemimipinannya, Suswanto memahami apa sebenarnya hakekat seorang pemimpin, melihat hubungan antara pimpinan dan anggota, antara lain yang perlu dikedepankan adalah: ketenangan dan ketentraman kerja bagi setiap anggota, sehingga akan tercermin hubungan yang harmonis antara pimpinan dan anggota, hubungan yang harmonis akan mewujudkan kekuatan di dalam organisasi tersebut dan akan memudahkan tercapainya tujuan organisasi (tujuan pendidikan).
Penulis saat seminar di Hotel Alila Solo |
a. Pengetahuan tentang tujuan organisasi sekolah, diharapkan bahwa mereka merasa pandangan, orientasi dan filosofi pimpinan mereka itu adalah juga merupakan pandangan, orientasi dan filosofi mereka atau anggota itu sendiri
b. Pengetahuan tentang tata cara, tata kerja, ketentuan dan peraturan lainnya yang menyangkut pekerjaan mereka dalam organisasi sekolah; pengetahuan ini dapat meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan kerja anggota itu sendiri
c. Pengetahuan tentang tugas dan pekerjaan termasuk hak dan kewajiban, wewenang , tanggung jawab serta kedudukan mereka dalam organisasi pendidikan
d. Pengetahuan tentang sikap dan pendapat pimpinan terhadap kemampuan dan hasil kerja anggotanya, jika anggota mengetahui sikap dari pemimpinnya itu, maka anggota akan melakukan pekerjaan yang akan memberikan kepuasan pada pimpinannya dan tidak melakukan pekerjaan yang tidak disenangi pimpinannya, bukan berarti ABS (asal bapak senang)
e. Pengetahuan tentang segala kemungkinan perubahan yang bakal terjadi di masa depan, misalnya : perubahan kurikulum dari tahun ketahu sampai terakhir kurikulum merdeka, yang kesemuanya berhubungan dengan tanggung jawab anggota dalam pekerjaan
Dari pengetahuan-pengetahuan itulah, menurut saya, Kepala SMPN 4 Suswanto sekaligus mengidolakan tokoh pewayangan Sri Kresno (Betoro Kresno ), merupakan kekuatan mental yang amat penting bagi anggota dan akan mengurangi sifat ketergantungan bagi anggota terhadap pemimpinnya. Tugas pemimpin adalah mengkoordinir akan tetapi keberhasilan tujuan organisasi adalah merupakan tanggung jawab bersama ,buah karya bersama dan milik bersama.
Menurut pengidola tokoh wayang Sri Kresno, ada beberapa pendekatan dalam Kepemimpinannya, di antaranya :
1. Pendekatan Kelompok, artinya bahwa keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh kelompok (anggotanya), dengan kata lain pimpinan sangat tergantung dengan anggota kelompoknya, mengedepankan sama rasa, sama karsa dan sama rata (yang hanya dibedakan oleh tugas dan tanggung jawab)
2. Pendekatan Situasi dan Kondisi, artinya bahwa pemimpin harus bisa melihat situasi dan kondisi lingkungan organisasi atau lingkungan anggotanya, baik lingkungan ekonomi, sosial maupun budaya, sebagai misal: memimpin sekolah yang ada di pinggiran kota, tentunya akan berbeda denga sekolah yang ada di dalam kota, maka dari itu dengan pendekatan situasional dan kondisional inilah yang lebih cocok, tentunya diharapkan menghasilkan tujuan organisasi/pendidikan yang tidak jauh berbeda
3. Pendekatan Fungsional, artinya bahwa seorang pemimpin harus mampu menjalankan tugas sesuai dengan fungsi, manfaat dan tujuan, harus bisa membedakan adanya kebutuhan dan keperluan, misalanya dalam hal : RAPBS, BOS dan sosial kemasyarakatan di sekolah terutama murid dan wali murid. Dan pemimpin harus mampu membina kelompoknya melalui memperhatikan apa yang menjadi keperluan-keperluan individu anggotanya dalam organisasi
4. Pendekatan Memanusiakan Manusia, artinya bahwa seorang pemimpin harus memandang manusia secara utuh, baik itu pandai, cerdas, bodoh, nakal, tidak nakal, cantik, ganteng, kurang cantik, kurang ganteng, cacat (difabel) dan lainnya, itu semua adalah kodrati sudah menjadi kehendak Tuhan. Akan tetapi bagi seorang pendidik sekaligus pengidola Kresno dan Semar Bodronoyo dalam dunia pewayangan, bukan merupakan hal yang aneh akan tetapi merupakan tantangan dan ujian bagi tugas dan kewajiban seorang pendidik.
Karena masing-masing diciptakan oleh Tuhan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan dan tentunya ada manfat bagi satu sama lain. Sedangkan filosofi Suswanto sebagai seorang pendidik dan sekaligus Kepala Sekolah, adala :
a). Filosofi Restorasi (memperbaiki), seorang pendidik yang sejati adalah tidak hanya mengubah anak yang ber-EQ tinggi atau cerdas, disiplin dan menurut dan menjadi pandai, itu adalah hal yang wajar, akan tetapi seorang pendidik yang sejati adalah bagai mana bisa mengubah anak kurang panadai/bodoh, tidak disiplin dan tidak penurut, bahkan dikatakan tidak punya masa depan, menjadi manusia yang normal dikemudian hari, tanpa mengeluh dengan alasan-alasan klasik. Itu baru keberhasilan seorang pendidik.
Pengalaman beliau sebagai pendidik, suatu saat beliau bertemu dengan bekas anak didiknya yang kebetulan menjadi Abdi Negara dengan tidak canggung-canggung dia memeluk dan mencium tangannya walaupun beliau sendiri sudah lupa karena banyaknya anak didik, sembari mengucap : “Pak, saya anak didik Bapak dulu yang nakal, yang bandel dan yang bodoh, saya terima kasih Pak, mungkin tanpa Bapak, saya tidak seperti ini, mungkin saya sudah keluar dari sekolah. Setelah saya dewasa Pak, baru sadar betapa besar kesabaran, ketelatenan yang dikorbankan untuk saya, Pak. Terima kasih Pak”.
Itulah kepuasan batin seorang pendidik yang sebenarnya, sebagai juru selamat bagi anak bangsa. Bukan sebaliknya murid yang cerdas berprestasi bahkan mendapat penghargaan “Pedang Makayasa” akan tetapi berakhir dalam kehancuran dan kenistaan.
b). Filosofi Pawang, seorang pawang bisa mengajari binatang-binatang buas yang membahayakan bagi manusia, menjadi sesuai dengan kemauannya baik itu harimau, singa, monyet, sapi, kuda, anjing dan lainnya, di mana letaknya, karena dia menggunakan hati, perasaan dan kesabaran, dan tidak kalah penting adalah di mana letak titik-titik kelemahan dan kelebihan itu sehingga binatang itu mau dan menuruti kehendak si pawang tanpa mencederainya. Bila sudah demikian bagaimana dengan anak didik yang berpredikat merah, apakah anak tersebut cukup dengan predikat tersebut, seharusnya tidak, bila mengacu pada teori si pawang.
5). Pendekatan serba sifat, pendekatan ini menekankan bahwa seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a). Surya Broto, yang artinya bahwa seorang pemimpin harus bersifat matahari, mempunyai sifat panas tapi penuh energi, memberi penerangan dan memberi kehidupan bagi semua anggotanya
b). Sasi Broto, yang artinya bahwa seorang pemimpin harus bersifat bulan, dapat menerangi pada suasanya kegelapan pada anggotanya
c). Dramo Broto, yang artinya bahwa seorang pemimpin harus bersifat bintang, bintang itu indah dan menjadi hiasan dan sebagai kompas dalam menentukan arah bagi anggotanya
d). Bayu Broto, yang artinya bahwa seorang pemimpin harus berwatak seperti angin yang mampu mengisi setiap ruangan, artinya pemimpin harus mau turun di tempat-tempat tertentu yang membutuhkannya
e). Pasu Broto, yang artinya bahwa seorang pemimpin harus bersifat Samodro, berpandangan luas, berwatak sabar dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan
Demikianlah gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Suswanto SPd MPd selaku Kepala SMPN 4 Purworejo, yang terkesan Njawani, karena beliau berprinsip bahwa pemimpin yang sekaligus manager tidak selalu menggantungkan dengan teori-teori saja, akan tetapi bersifat konstektual dilihat dari segi situasi dan kondisi objeknya, sifat dan karakter bagaimana yang seharusnya diterapkan sehingga dapat memudahkan dalam mencapai tujuan pemimpin dan organisasinya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar