Beraneka ragam bentuk lanting, ada yang kecil juga ada yang besar, ada juga lanting yang dalam ikatan dari seratan bambu. "Perlu diketahui, kalau lanting khas ini memang keras namun renyah," jelas Sinta.
Bahan baku lanting ini dari ketela pohon (singkong) namun tidak sembarang ketela pohon yang dibuat untuk lantingnya Sinta & Rizky. Bahan baku ketela pohon didatangkan khusus dari Magelang, karena keistimewaan singkong Magelang tersebut kandungan saripatinya sangat minim.
Lanjut Sinta, dalam memproduksi lantingnya mengutamakan keorisinalan rasa yakni rasa bawang, tidak ada rasa varian lain. Pemasarannya baru di lokal Kabupaten Purworejo. "Pengembangan pemasarannya baru menembus di Wates Kulonprogo dan sekitarnya," kata dia.
Diakui, untuk menembus wilayah Kota Yogjakarta maupun Kabupaten Kebumen masih berat karena persaingannya ketat dalam harga, di mana di kedua wilayah tersebut produsen lanting juga sangat banyak.
"Sasaran penjualan tidak hanya dimasukkan ke grosir tapi juga melayani pedagang-pedagang eceran, jadi tidak ngepul satu tempat," terang Sinta yang menambahkan, bisnis lanting dimulai tahun 2013 hingga sekarang ini.
Rumah
produksi lanting Sinta & Rizky menyerap tenaga kerja sebanyak
delapan orang, ditambah beberapa orang tenaga pemasaran. "Pengolahan lanting
dalam sehari menghabiskan lima kuintal singkong Magelangan, sehubungan
bahan dasarnya semakin lama semakin naik harga satu kilonya lanting
dipatok Rp 35 ribu. Kami berharap makanan tradisional harus eksis keberadaannya tidak tertelan
dengan kemajuan jaman dan pula harus ada regenarasi sebagai penerus
pembuatan lanting sebagai camilan tradisionil," pungkas Sinta. (*)
Reporter : Heri Prastowo/Ngabdiri Koim
Foto : Heri Prastowo
editor : tomo widodo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar