Peringatan Hari Wayang yang dipusatkan di eks Kawedanan Purwodadi itu dilaksanakan selama tiga hari, sejak Sabtu (5/11/2022) hingga Senin (7/11/2022). Berbagai kegiatan dengan tema besar pewayangan digeber guna memeriahkan Hari Wayang itu, di antaranya pawai wayang yang diikuti oleh sekitar 220 peserta dari 4 sekolah yang ada di Kecamatan Purwodadi, yaitu dari SMPN 27, SMPN 8, SMAN 3 dan SMAN 9 Purworejo.
Lomba melukis wayang yang dikuti oleh siswa TK dan SD, pentas wayang dalang cilik yaitu oleh Ki Sukma Nirmala Jati dari SMPN 18 Purworejo dan Ki Jati Bayu Aji dari SMPN 27 Purworejo, pementasan jaran kepang kolaborasi Leak dari sanggar seni Atmojo Margono, pelatihan sesorah/tanggap sabdo yang diikuti oleh penggerak PKK dan Sekdes se- Kecamatan Purwodadi, wisuda siswa Permadani, wayang remaja oleh Anom Dwijo Kongko dan Anom Dwijo Seno. Serta pertunjukan seni Dewan Kesenian Purworejo, juga pengajian santri Ustad Hanafi, dan wayang Gagrak Bagelenan oleh Ki Parikesit Dipoyono.
Wakil ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Purworejo yang juga sebagai ketua panitia kegiatan, Wagino, mengatakan, kegiatan tersebut diharapkan dapat mengenalkan kebudayaan Jawa berupa wayang kepada anak-anak generasi milenial, sekaligus untuk menjaga dan melestarikan wayang di Purworejo.
"Semoga tahun depan bisa dilaksanakan lebih besar dan lebih meriah lagi, dengan persiapan dan pelaksanaan yang lebih baik dari kegiatan ini," katanya.
Sementara itu, Ustad Hanafi, mengatakan, Hari Wayang Nasional adalah sebuah acara yang selalu diadakan Pepadi Purworejo, yang dinilai bermanfaat dalam rangka untuk merawat tradisi serta menjaga keutuhan NKRI dengan cara melestarikan seni dan budaya yang ada.
"Konsep yang kita bawakan inti pokoknya adalah pengajian dengan konsep wayang, wayangnya sesuai dan ini betul-betul wayang karena tanggung jawabnya seperti itu maka konsepnya ya seperti itu, Pengajian dengan bonus wayang," katanya.
Ustad Hanafi, alumni Ponpes Al Iman Bulus yang kini menjadi guru di Al Iman Bulus dan tinggal di Desa Langenrejo Kecamatan Butuh itu mengakui, pengajian dengan konsep pementasan wayang itu telah dilakukan olehnya sejak tahun 2011, ketika mondok di Pesantren Al Iman Bulus Kecamatan Gebang.
"Saya atas izin guru saya al ustad Habib Hasan Al Baabud, lalu Ki Entus, juga Ki Manteb juga Pak Tarko. Intinya pengajian, karena terbatas waktunya, maka kita bagi 70 atau 60 persen ngaji, dan 30 atau 40 persen kita pakai wayang, dan tentunya dengan iringan musik, yang singkat dan simpel dengan kendang dan organ. Dan pengajian ini kita kreasikan agar anak- anak milenial mau menerimanya. Hanya sekadar untuk perform, pada intinya pengajian," jelasnya.
Menurutnya, sebagai orang Indonesia juga Jawa yang beragama Islam, harus menjaga agar Jawanya jangan sampai hilang. Caranya dengan nguri- uri atau melestarikan kebudayaan yang ada. "Yang jelas saya ingin mengajak generasi milenial, secara umum mari kita jaga dan cinta NKRI dengan nguri-nguri budayanya dan saya membawa wayang ini dengan tema wayang santri," terangnya.
Hanafi berharap ke depan semoga masyarakat Indonesia terkhusus
pemerintah, para pecinta budaya, semakin berkualitas, semakin
bermartabat, semakin bermanfaat dengan peninggalan pendahulu yaitu
wayang kulit.
"Seperti yang saya tampilkan dengan tema wayang santri," ujarnya. (widarto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar