Keris Pusaka Bupati Purworejo Sabuk Inten Pertama Kali Dijamas
Keris pusaka milik Bupati Purworejo Agus Bastian ikut dijamas dalam kegiatan itu |
Penjamasan selanjutnya yaitu keris Tombak Baro Penatas dan keris Tilam Upih. Setelah menjamasi tiga keris pusaka tersebut, rombongan kirab kembali ke pendopo bersama Bupati. Bupati Purworejo, Agus Bastian, saat ditemui usai penjamasan mengatakan, jamasan pusaka merupakan bentuk kesinambungan dan harus tetap dilestarikan sebagai budaya masyarakat Jawa.
“Ini sebagai bentuk upaya nguri-nguri budaya dan merawat peninggalan leluhur kita,” kata Bupati.
Disebutkan, ada 1.159 pusaka yang akan dijamas, adapun pusaka yang paling tua dan telah berusia 600-an tahun yakni Keris Tunjung Drajat. Dipilihnya jamasan di hari Jumat Kliwon di bulan Suro, karena hari Jumat Kliwon merupakan hari baik dalam tanggalan Jawa.
"Benda-benda pusaka itu juga nantinya akan dipamerkan di Art Center. Namun sementara ini masih di Tosan Aji dulu,” ujarnya.
Sementara itu, Kabid Kebudayaan pada Dindikbud Kabupaten Purworejo, Dyah Woro Setyaningsih, mengatakan, selain jamasan, di Museum Tosan Aji Purworejo ada kegiatan lain untuk merawat benda-benda pusaka dan benda cagar budaya yang mereka namai dengan kegiatan konservasi.
"Selain jamasan memang di kita itu ada kegiatan yang namanya konservasi, nah konservasi terhadap pusaka-pusaka ini juga telah dilakukan secara rutin baik berupa pusaka kerisnya maupun benda cagar budaya, di mana jamasan ini dilakukan juga agar pusaka tetap bisa baik dan bersih, hanya saja kegiatan ini diprosesikan menjadi kegiatan rutin tiap tahun dan memang ada yang dijamas secara khusus dalam jamasan ini," katanya.
Untuk tahun ini, selain jamasan, juga dilakukan pementasan atau pagelaran wayang kulit ringkes Merkukuhan dengan lakon Sekar Jati Waseso oleh dalang Ki Suhut Widi Sasongko dari Banyuurip, Purworejo.
"Dalam jamasan kali ini, acara kami tutup dengan pementasan wayang
pendek, harapannya ke depan tidak hanya wayang namun juga akan dilakukan
secara besar lagi dengan ditambah ruwatan massal, dimana pementasan
wayang pendek dilakukan oleh dalang yang khusus sebagai dalang ruwat,"
pungkasnya. (widarto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar