"Kesetiaan, Ketaaan di Tengah Fitnah dan Pengkhianatan"

catatan : nicolaus legowo (aktivis kemanusiaan Purworejo)

Legowo memerankan drama penyaliban

BAGI orang Kristiani, Jumat Agung adalah sebuah peristiwa penting untuk merefleksikan kembali hidup dan kehidupan yang pernah dilalui. Jumat Agung mengingatkan kita tentang bagaimana seharusnya kita hidup seperti yang telah dicontohkan langsung oleh Yesus Kristus, belajar tentang kesetiaan, ketaatan di tengah fitnah dan pengkhianatan dan juga penyangkalan.

Kesetiaan dan ketaatan Yesus yang rela menderita bahkan mati di kayu salib. (salib adalah lambang penghinaan, hanya orang bersalah yang disalib). Meski difitnah, dikhianati tapi Dia masih mau mengampuni dan mendoakan mereka : "Ya Bapa.. ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat,".

Mengampuni, bagi kita manusia sesungguhnya bukan karena kita hebat.., bukan karena kita lebih baik. Mengampuni adalah "kebutuhan" karena kita manusia dengan segala kelemahan yang mempunyai kesempatan dan kemungkinan yang sama untuk melakukan kesalahan, dengan kata lain kita juga butuh pengampunan.

"Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni orang yang bersalah kepada kami,".
Jadi sejauh mana kita mengampuni, sejauh itu pula kita mendapat pengampunan-Nya.
Hendaklah kita saling mengasihi dan saling mengampuni karena kita sudah menerima kasih dan ampunan-Nya.

Mari kita renungkan kembali hidup kita..  Jangan- jangan kita seperti Yudas yang begitu mudah berkhianat hanya demi kenikmatan sesaat? aAtaukah kita seperti Petrus yang menyangkal demi keselamatan diri sendiri..?  Atau seperti murid-murid yang lain, yang kabur ketika terjadi masalah?

Atau seperti Pilatus.., yang mencari aman demi sebuah kenyamanan dan mengabaikan kebenaran yang sesungguhnya dia ketahui.? Atau seperti para imam (sanhedreen) yang menghalalkan segala cara demi kelanggengan kekuasaannya?  Atau seperti Maria dan para wanita lain yang setia, meski dia tahu risikonya?

Yesus telah memberi teladan bagaimana seharusnya kita hidup, bukan sekadar mengajarkan, tapi Dia melakukannya dalam kehidupan.  "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang rela memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya". (*)