Melibatkan BPS, PT PLN dan PT Pertamina
PACITAN,
KABARJATIM.Co.Id- Dalam upaya mempercepat pengentasan kemiskinan di
Indonesia, Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin),
Budiman Sudjatmiko berencana mengonsolidasikan data kemiskinan. Dalam
rapat koordinasi yang melibatkan 27 Kementerian dan lembaga serta 154
program terkait, pada Jumat (22/11/ 2024). Budiman
berharap proses integrasi data dapat selesai pada akhir tahun 2024.
Data ini akan dikelola oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan akan
digunakan memandu kebijakan sosial dan program bantuan mulai tahun 2025.
Budiman Sudjatmiko |
Dalam
siaran persnya yang diterima media online ini via WhatsApp, Budiman
menekankan pentingnya belajar dari negara-negara lain yang berhasil
dalam pengentasan kemiskinan, seperti China dan Brasil. Ia juga
menyoroti perlunya pendekatan yang lebih holistik, yang tidak hanya
berfokus pada bantuan sosial, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi
bagi masyarakat miskin produktif. Dengan tingkat
kemiskinan ekstrem yang saat ini berada di angka 0,8% dan kemiskinan
umum di 9%, pemerintah berkomitmen untuk menurunkan angka ini secara
signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Melalui konsolidasi data ini,
diharapkan program pengentasan kemiskinan dapat lebih tepat sasaran dan
berkelanjutan.
Langkah ini menunjukkan tekad kuat
pemerintah untuk mengatasi kemiskinan secara menyeluruh, dengan
memanfaatkan teknologi dan data sebagai alat utama dalam perumusan
kebijakan yang lebih efektif dan efisien. Budiman
lalu menampilkan data beberapa fakta dan contoh kasus mengenai penerima
subsidi pemerintah dan bantuan tunai yang tidak tepat sasaran di
Indonesia :
Subsidi Listrik
Terdapat
sekira 10,6 juta masyarakat yang tidak berhak menerima subsidi
listrik, yang menyebabkan kerugian negara hingga Rp1,2 triliun per
bulan. Dari 33 juta penerima subsidi listrik, hanya 16,6 juta yang
terdaftar sebagai masyarakat miskin. Selain itu, sebanyak 866.060
penerima subsidi kategori 900 Va telah meninggal dunia atau memiliki
lebih dari satu saluran listrik.
Subsidi BBM
Sebanyak
86 % dari konsumsi Pertalite dinikmati oleh 30% orang terkaya di
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa subsidi BBM lebih banyak dinikmati
oleh kalangan yang tidak membutuhkan.
Subsidi Gas LPG 3 Kg
Sekira
80% pengguna elpiji tabung melon adalah masyarakat mampu, yang
menunjukkan ketidaktepatan penyaluran subsidi. Lebih jauh Budiman
menjelaskan, pemerintah disarankan mengubah skema penyaluran agar lebih
tepat sasaran. Sedangkan bantuan tunai yang tidak tepat sasaran antara lain:
Bantuan sosial
Menurut
riset Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), 49% responden
menilai bahwa bantuan sosial belum tepat sasaran, dan 60% menyatakan
masih ada warga yang berhak tetapi belum mendapatkan bantuan. Kasus di
Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat menunjukkan adanya penerima
ganda dalam penyaluran bantuan sosial. Program
Raskin (beras untuk rumah tangga miskin) mengalami ketidaktepatan
sasaran, di mana bantuan diberikan kepada rumah tangga yang tidak
miskin. Akibatnya, rumah tangga miskin menerima beras jauh di bawah
ketentuan.
Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Sekira
20% bantuan sosial di Indonesia tidak tepat sasaran. Hal ini
disebabkan oleh data yang tidak terupdate secara rutin dan kurangnya
partisipasi dari komunitas desa atau kelurahan dalam proses verifikasi. (gus/*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar