Satoto Sri Margiyuono |
PURWOREJO, KABARJATENG.CO.ID-Ada hal menarik dari Kepala Desa Kaligesing Kecamatan Kutoarjo, Purworejo, H Satoto Sri Margiyuono. Sisi lain selain rutinitas menjalankan tugas sebagai kepala desa, Satoto mampu memanfaatkan peluang dalam bidang agrobisnis. Satoto membudidayakan pohon gaharu, yang kini jumlahnya 114 pohon.
"Awalnya nanam bibit gaharu sekira 400-an bibit, berjalannya waktu dan sudah disuntik (inokulasi) menjadi 170 dan berkurang lagi saat ini 114 pohon," sebut Satoto ditemui kabarjateng.co.id, Minggu (17/9/2017) sore di kediamannya.
"Memang perlu takaran yang pas saat melakukan inokulasi, pengaruh juga dengan kondisi cuaca dan faktor lainnya. Namun dari percobaan demi percobaan, kini saya sudah paham benar, teknik dan tarakan dalam melakukan inokulasi," imbuh Satoto yang lahir dan besar di Jakarta.
Salah satu pohon Gaharu milik Satoto |
Usia tanaman Gaharu milik Satoto berusaha sekira 14 tahun. "Gaharu bukan masalah usia pohon, memang makin besar atau lama usianya gaharunya bisa lebih banyak. Tapi utamanya bagaimana teknis inokulasi yang tepat, agar membuat tanamannya punya gaharu yang terus menyebar," beber Satoto yang awalnya konsultan Amdal di salah satu perusahaan besar di Jakarta.
Satoto mengakui, dari 114 pohon Gaharu tersebut, sudah ada pihak yang menawar semuanya seharga Rp 3 miliar. Namun dirinya belum melepas, Satoto ingin melepas dengan harga Rp 5 miliar.
"Ada penawar Rp 3 miliar, belum dilepas. Jika ditebang semua, saya lepas Rp 5 miliar, tapi jika ada yang ingin membeli dan merawat hingga semisal 2 tahun lagi ya saya lepas Rp 7,5 miliar. Bisa WA ke nomor 081347420231" jelas Satoto yang juga pengurus Polosoro bagian humas ini.
Untuk lebih mengenal mengenai Gaharu yaitu sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang
khas, memiliki kandungan damar wangi, berasal dari pohon atau bagian
pohon penghasil gaharu, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi
secara alami atau buatan pada pohon Aguilaria sp (Thymelaeaceae).
Tanaman Gaharu milik Satoto |
Gaharu merupakan komoditi elit, langka dan bernilai ekonomi tinggi. Gaharu merupakan produk ekspor. Tujuan ekspor adalah negara-negara di
Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Singapore, Taiwan, Jepang, Malaysia.
Pohon Gaharu (Aquilaria spp.) adalah species asli Indonesia. Beberapa
species gaharu komersial yang sudah mulai dibudidayakan adalah:
Aquilaria. malaccensis, A. microcarpa, A. beccariana, A. hirta, A.
filaria, dan Gyrinops verstegii. serta A. crassna asal Camboja.
Gaharu merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat di negara-negara
Timur Tengah yang digunakan sebagai dupa untuk ritual keagamaan.
Masyarakat di Asia Timur juga menggunakannya sebagai hio. Minyak gaharu
merupakan bahan baku yang sangat mahal dan terkenal untuk industri
kosmetika seperti parfum, sabun, lotions, pembersih muka serta
obat-obatan seperti obat hepatitis, liver, antialergi, obat batuk,
penenang sakit perut, rhematik, malaria, asma, TBC, kanker, tonikum, dan
aroma terapi.
Pengelompokan gaharu:
1) Abu gaharu: Super, kemedangan A, Kacang, kemedangan TGC;
2) Kemedangan A, B, C, TGC , (BC), Kemedangan Putih,Teri Kacang (terapung); dan
3) Gubal gaharu tdr dari: Double Super, Super A, Super B, Kacang, Teri A, Teri B, dan dan Sabah (tenggelam).
1) Abu gaharu: Super, kemedangan A, Kacang, kemedangan TGC;
2) Kemedangan A, B, C, TGC , (BC), Kemedangan Putih,Teri Kacang (terapung); dan
3) Gubal gaharu tdr dari: Double Super, Super A, Super B, Kacang, Teri A, Teri B, dan dan Sabah (tenggelam).
Gaharu sangat dibutuhkan di Negara Islam dan Arab, wangi parfum , wanginya tahan lama, aroma terapi menyegarkan tubuh.(tim kj/net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar