Persahabatan mengakhiri debat capres keempat, Sabtu (30/3/2019) malam (foto net) |
Ungkapan atau refleksi kekecewaan dua sosok Capres itu hendaknya mendorong semua pihak mengakhiri kampanye hitam.
Kekecewaan dua sosok Capres itu terungkap dalam debat Capres sesi IV di Hotel Shangri-La Jakarta, Sabtu (30/3/2019) malam.
Prabowo
mengaku tidak nyaman karena dituduh pro-khilafah. Sedangkan Jokowi
mengaku selama ini memendam perasaan karena dia dituduh PKI.
Kendati pengakuan kedua Capres tampak semata-mata sebagai adu
argumentasi dalam debat, pengakuan itu jelas-jelas memperlihatkan
kekecewaan kedua sosok Capres itu.
Bahkan
Prabowo sampai harus mengungkap sekilas latar belakang ibu yang
melahirkannya.
Fakta dari debat Capres sesi IV itu hendaknya menyadarkan semua elemen
masyarakat bahwa dua sosok Capres Indonesia yang terpilih untuk
berkompetisi dalam pemilihan presiden (Pilpres) pada 17 April 2019
mendatang sudah menjadi korban kampanye hitam bermuatan fitnah dan
ujaran kebencian.
Padahal,
untuk menyandang status Capres, baik Joko Widodo maupun Prabowo
Subianto sudah melalui berbagai tahapan proses seleksi. Sehingga,
semburan fitnah yang bertujuan mencoreng citra atau kredibilitas kedua
sosok capres itu sama sekali tidak masuk akal.
Bahkan,
fitnah terhadap kedua sosok Capres berpotensi merusak akal sehat.
Sebab, masyarakat dicekoki pemahaman bahwa institusi negara
penyelenggara Pemilu bisa meloloskan pribadi bermasalah untuk mengisi
jabatan presiden.
Karena
itu, kampanye hitam terhadap dua kandidat presiden RI ini harus
dihentikan. Sebab, fitnah dan ujaran kebencian yang ditujukan ke pribadi
Capres Joko Widodo maupun Capres Prabowo Subianto sama artinya dengan
merendahkan martabat bangsa Indonesia sendiri. Harap diingat bahwa kedua
sosok ini tampil sebagai Capres berdasarkan aspirasi masyarakat
Indonesia. (bamsoet)
catatan : Ketua DPR RI Bambang Soesatyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar