Mbah Sumirih saat ditemui tim investagasi beritaistana.com di kediamannya Desa Kunir-Rembang |
Kedatangan tim, memastikan informasi dari warga Desa Kunir terkait informasi-informasi adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oknum perangkat desa. Setelah berbincang dengan Mbah Sumirih, memang benar informasinya dari warga tersebut.
Pengelolaan anggaran untuk RTLH Desa Kunir, diduga menjadi salah sasaran, pasalnya ada janda tua miskin yaitu Mbah Sumirih, sakit struk sudah 10 tahun tidak bisa kerja dengan keadaan yang memprihatinkan, makan sehari-hari saja tidak cukup, namun tidak mendapatkan bantuan apa-apa.
"Oalah Mas, kulo niku mboten angsal bantuan nopo-nopo, beras geh mboten, malah kulo menawi ajeng angsal bantuan RTLH kudu mbayar 6 juta nopo 7 juta ngoten Mas," kata Mbah Sumirih.
Salah satu gakin lainnya di Desa Kunir-Rembang Mbah Nyamini |
Kondisi rumahnya terbuat dari bambu, sangat memprihatikan kalau musim hujan bocor semua.
Informasi yang dihimpun, Pemdes Kunir menyisihkan Rp 130 juta dari dana desa yang mereka terima dari pemerintah pusat untuk membantu rehab rumah tidak layak huni (RTLH).
Pemdes Kunir mengalokasikan anggaran Rp 130 juta dari dana desa itu untuk merehab 13 unit RTLH. Masing-masing RTLH mendapat Rp 10 juta.
Sementara itu warga lainnya SN dan SNA yang juga masih tetangga Sumirih membenarkan adanya RTLH yang mau diberikan tidak jadi, lantaran tidak bisa memberikan uang yang diminta oknum perangkat.
"Iya Mas memang benar Mbah Sumirih tidak dapat raskin dan RTLH, padahal Mbah Sumirih sakit struk sudah 10 tahun, rumah yang ditempati kalau musim hujan bocor," ujar tetangga Mbah Sumirih.
Sementara itu ketika awak media mengonfirmasi Sekdes setempat, untuk Desa Kunir tahun ini ada 50 unit bedah rumah dan untuk Mbah Sumirih memang diprioritaskan.
"Tapi Mbah Sumirih sendiri dan keluarga kemarin sudah kita tawarin tapi belum siap untuk tambahan uangnya. Dan untuk raskin, Mbah Sumirih memang dari Dinsos belum dapat," ujarnya.
Yang lebih mengejutkan adalah salah satu warga, BW, Karangturi RT 4 RW 2 Desa Kunir, tanpa izin dan sepengetahuan orangnya, tahu-tahu rumah direhap pada tahun 2018.
"Saat itu saya merantau di Jakarta, saya bukanya senang tapi saya merasa keberatan dan kecewa karena isi rumah berantakan membongkar rumah orang tanpa izin sama saja sudah merusak hak orang lain, dalam hal ini saya sangat dirugikan karena perabotan rumah tangga ilang," tegasnya. (warsito)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar