AS Susun Buku 'Menuju Purworejo yang Cintai Damai'
Agustinus Susanto (tengah) tampak akrab dengan warga, foto bersama di Gudeg Mataram-Kutoarjo |
Eks prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) markas Cijantung Jakarta itu, sudah lama menyusun buku yang ditulisnya sendiri, berisi buah pikir yang merupakan penjabaran dari visi dan misinya. Buku dengan judul : Menuju Purworejo yang Cinta Damai. "Saya ini niat maju dalam pilkada Purworejo 2020 mendatang, bukan karena mencari untung. Tapi pengabdian, niat membangun Purworejo dan menyejahterakan masyarakatnya. Bagaimana membalas budi untuk tanah leluhur Purworejo. Saya lahir dan dibesarkan di Purworejo, sudah banyak yang Purworejo beri, kini tinggal bagaimana mengabdi untuk Kabupaten Purworejo," beber AS dalam suatu kesempatan kepada media ini, baru-baru ini.
"Harus dibaca tepat, jeli, potensi-potensi apa di Purworejo, untuk direalisasikan. Sangat dekat dengan bandara internasional, Purworejo sudah waktunya memiliki embarkasi haji sendiri. Jadi warga Purworejo maupun kabupaten/kota di sekitarnya sebagai calon jamaah haji, tidak perlu jauh-jauh, bisa memanfaatkan embarkasi haji di Purworejo nantinya. Tentu suatu kemajuan. Jika suatu saat saya diberi amanah, saya akan koordinasi dengan Menag RI Jenderal TNI (purn) Fachrul Razi, agar di Purworejo bisa dibangun embarkasi haji," beber AS.
Itu salah satu gagasan AS, di samping banyak gagasan yang dimilikinya untuk membangun Purworejo dan menyejahterakan masyarakatnya.
Lalu mengenai buku yang sudah ditulisnya, buku tersebut disusun beberapa tahun lalu. "Itu tahun lalu sudah beredar, saya tulis sendiri. Gambaran visi dan misi untuk Purworejo," terang AS yang pensiun dini sebagai perwira Angkatan Darat sejak 2012, akhirnya terjun politik dan ikut membesarkan Partai Gerindra.
Dalam tulisan di bukunya itu, AS menuliskan mengenai kriteria dan bagaimana menjadi pemimpin. Menurut AS, sang pemimpin itu harus memiliki ketabahan dalam mengontrol emosinya, menerima kritikan, tidak arogan, ksatria, rela berkorban, ulet dan pantang menyerah, berazaskan pada kebenaran.
"Seorang pemimpin harus berjiwa besar, mengedepankan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, menjunjung tinggi kebersamaan, andap asor demi keutuhan dan kedamaian rakyatnya," kata dia.
"Pemimpin harus tepo sliro, menghormati yang lebih tua, memiliki etika, moral dan berakhlak mulia. Selalu optimis dan berpikir objektif. Pemimpin harus menjadi motivator dalam setiap keberadaannya, mengorbankan jiwa raganya demi kepentingan rakyat," kata AS yang rela meninggalkan pangkat dan jabatannya hingga akhirnya terjun politik.
"Ksatria itu tidak pernah takut melepas pangkat dan jabatan, nyawapun dipertaruhkan. Utamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi," tutup AS. (kj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar